Rabu, 04 Juni 2014

Artikel # 22: HINDARI PIKIRAN GAJAH SAAT MEMBUAT TARGET


Setiap orang yang akan menetapkan target diri pribadi harus melepaskan diri dari pikiran-pikiran negatif. Dan bahkan harus menghindar dari pemaksaan pikiran gajah yang sengaja dibuat orang lain, entah teman, lawan, kerabat, keluarga dan siapapun yang berusaha ke arah itu.
Semua orang pasti tahu bahwa pada hakekatnya gajah adalah binatang liar di hutan yang tidak mau tunduk ketika berhadapan dengan manusia. Namun sekarang banyak gajah yang dapat dimanfaatkan manusia untuk bekerja dan menguntungkan manusia. Tentu saja setelah gajah tersebut dijinakkan terlebih dahulu. Kemampuan menjinakkan gajah tentu tak terlepas dari kemampuan manusia mengetahui cara berpikir gajah liar. Gajah liar terutama yang muda yang berhasil ditangkap akan diikat kedua kakinya dengan rantai besi yang besar sehingga tidak dapat bergerak dengan leluasa, apalagi mau melepaskan diri. Hal itu dibiarkan terjadi hingga berbulan-bulan  lamanya dan setiap kali berontak untuk melepaskan diri selalu gagal karena ada pengikat di kakinya. Karena setiap usahanya untuk bebas selalu kandas dan itu terjadi terus menerus sepanjang waktu dalam kekangan manusia, sehingga tertanam di pikirannya bahwa dia tidak dapat melepaskan diri lagi. Pelatih gajah yang melihat bahwa usaha gajah membebaskan diri sudah tiada lagi maka akan mengganti rantai besar tadi dengan rantai yang lebih kecil. Ternyata dengan rantai yang lebih kecil ini gajah sudah tidak mau lagi berontak untuk melepaskan diri, seolah seperti menyadari jika usahanya akan percuma saja. Maka pawangpun diijinkan mengganti rantai kedua dengan rantai yang kecil. Meskipun rantai yang mengikat kaki gajah bukan lagi rantai besar yang tak mungkin gajah dapat memutuskannya, pikiran gajah selalu mengatakan kalau tak mungkin rantai ini dapat diputuskannya. Maka ia menjadi tenang dan tak mau lagi berontak. Hingga setelah dewasapun tetap terpateri pikiran tersebut, tak mungkin memutuskan rantai kecil yang mengikat kakinya.
          Pikiran gajah ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa sesuatu yang kadang sudah ditanamkan kepada diri kita oleh orang lain – atasan, kolega, orang tua, suami / isteri, guru, tetangga – menjadi belenggu selamanya.
 
Contoh pertama: karena pernah mengalami 3 kali kegagalan dalam menjalankan usaha dagangnya yang masing-masing berumur 2 – 3 bulan maka orang tua, isteri, mertua bahkan tetangganya menyebut Fulan tak mungkin dapat berdagang karena tak punya bakat berdagang. Dan setiap kali mau mencoba berdagang lagi selalu dihalangi isteri, orang tua dan mertuanya. Mereka sama sekali tidak mendukung apalagi membantu dalam permodalan, namun justru melecehkannya dengan menyebut berulang-ulang bukti kegagalan yang lampau. Kalau Fulan menerima keadaan ini dan percaya kalau dirinya tak memiliki bakat berdagang maka ia masuk ke dalam perangkap pikiran gajah.
 
Contoh kedua: Petinju legendaris dari Amerika Serikat yang berkulit hitam dan pandai berpromosi, Muhammad Ali, selalu membuatkan perangkap pikiran gajah untuk lawan-lawan tinjunya jauh hari sebelum naik ke atas ring. Dengan mengatakan akan mengkanvaskan lawan di ronde ketiga atau akan memukul K.O. hanya dalam 3 ronde saja. Dan itu ia gembar-gemborkan terus di hadapan wartawan sehingga selalu menjadi berita yang merongrong mental lawan calon lawan tinjunya. Dengan harapan lawan akan selalu berpikir sebelum hingga saat bertanding di atas ring sekalipun bahwa ia akan dijatuhkan Muhammad Ali di ronde ke 3. Dan ini akan membuat sang lawan kurang konsentrasi yang seolah membelenggu dan mengurangi kepandaian bertinjunya.
 
Kita semua tentu menyadari kemampuan kita sendiri dan dapat berintrospeksi secara obyektif, kekurangan maupun kelebihan kita. Dengan demikian seharusnya waspada jika ada yang mau menanamkan pikiran gajah kepada kita. Karena kita bukan gajah! Sebagai manusia sudah selayaknya untuk selalu berusaha lebih baik dari waktu sebelumnya. Sehingga tidak ada kata-kata orang lain yang menjadi perangkap pikiran gajah bagi kita. Caranya, jangan pernah lagi mengingat-ingat ucapan negatif orang lain terhadap diri kita (yang menjurus ke pikiran gajah), karena kita bisa bangkit dari keterpurukan di masa lalu maupun kekeliruan yang pernah kita lakukan. Dan berusahalah selalu mengisi pikiran kita seperti yang diajarkan Earl Nightingale: Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan.
 
Persembahan
Fikri C. Wardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar